Thursday, December 2, 2010

Melepaskan Keegoisan Seorang Ibu

Gabriel sudah berusia 6 bulan di bulan November ini, berarti waktunya untuk cek lab kembali nilai G6PD nya. Pada hari Senin pagi tgl 22 Nov, kami kembali cek lab untuk G6PD nya, dan hasilnya akan selesai dalam 3 hari, tetapi kemudian hasilnya baru selesai setelah 1 minggu. Saat akan mengambil hasil lab, kami begitu yakin Tuhan menjawab permintaan kami bahwa Gabriel pasti Tuhan sembuhkan dari defisiensi G6PD, kemudian kami akan bersaksi bahwa Tuhan baik telah melakukan mujizat kembali untuk anak kami Gabriel (karena defisiensi G6PD merupakan penyakit yang tidak ada obatnya dan bersifat tetap seumur hidup). Dan juga aku akan "selesai berpuasa", kami akan kembali bebas pergi kemanapun dan memakai apapun yang kami sukai.
Pada hari Sabtu sore tgl 27 di bulan November, dengan suasana agak mendung karena sehabis hujan deras, masih di tempat parkir kami membuka hasil lab tersebut dan ternyata hasilnya nilai enzim G6PD Biel adalah 1,3 padahal nilai rujukannya untuk new born adalah 6.9-20.25, adult: 4.6-13.5. Kami hanya bisa terdiam sesaat dan memastikan kembali hasil tersebut memang benar, kemudian kami mulai menangis. Aku bertanya pada Tuhan "Why God", dan suaraNya yang lembut berkata, "Hidupnya milikKu nak." Kata-kata itu menyadarkanku bahwa memang hidup kita semua adalah milikNya, rencana apapun yang Dia buat untuk hidup kita adalah hak prerogatifNya Tuhan, hatiku mulai tenang dan aku mengucap syukur buat semuanya, aku juga mengucap syukur kalau aku diberi kesempatan untuk menjadi ibu dari anak-anakku Matthew dan Gabriel. Aku tetap mau berkata bahwa Tuhan itu baik, ajaib semua rancanganNya dan sempurna adanya.
Aku mulai menyadari bahwa saat Tuhan membawa aku untuk masuk dalam 'masa merendahkan diri' adalah untuk membuat aku siap menghadapi semua ini. Dan memang ternyata aku lebih tenang dan kuat dari suamiku, aku mengingatkan dia untuk tetap mengucap syukur walaupun hasilnya tidak seperti yang kami harapkan, dan juga aku menguatkan anakku yang pertama Matthew, bahwa kami adalah satu tim, "yuk kita sama-sama menjaga Gabriel," begitu ujarku pada Matthew dan dia bisa mengerti dan bisa mengucap syukur Tuhan telah memberikan dia seorang adik bagimanapun kondisinya, meskipun setiap berdoa dia selalu mendoakan untuk kesembuhan adiknya sambil menangis tetapi dia bisa menerima dan tetap mengucap syukur.
Ternyata masa berpuasaku belum selesai....harus terus berlanjut, tapi aku berkata "ga pa pa Biel, mommy rela melanjutkan puasa lagi karena kalau mommy berpuasa hanya selama menyusui 2 tahun atau lebih, tetapi kalau kau harus berpuasa selama hidupmu Biel." Masuk dalam 'masa merendahkan diri' juga mengajarkan aku untuk melepaskan keegoisanku sebagai seorang ibu yang merasa "memiliki" anak-anakku. Aku mulai menyerahkan kekhawatiranku tentang masa depan anak-anakku, dan mempersilahkan Tuhan untuk menjadi Tuhan dalam hidup anak-anakku dan aku akan tetap hanya sebagai seorang ibu yang akan terus berdoa buat mereka.
Imanku tidak menjadi goyah dengan kejadian tersebut, aku masih tetap yakin saatnya akan tiba Tuhan menyembuhkan Biel. Aku mau terus mengucap syukur untuk semua yang sudah Tuhan beri, suami, anak-anak, keluarga, teman-teman, kehidupanku......semuanya baik, karena Dia selalu memberikan yang terbaik. Walaupun tidak enak atau tidak baik menurut ukuran manusia, tetapi Dia selalu tahu pasti apa yang terbaik bagi kami dan itu yang Dia beri, "semuanya untuk mendatangkan kebaikan bagi kami dan juga bagi kemuliaanNya."

No comments:

Love for All Seasons

No matter which season my teens are passing through, rely on GOD to give me wisdom & strength to love them well through their winter, sp...